Sesi Kombo 2 – 18/10/14 – Gardenology

Kombo, Sesi 2
Tanggal/date: 18/10/2014
Tempat/venue: Gardenology
Pemain/players: Anggito Rahman, Sebastien Lemonon, Dimas Budi Satya, dan Handoyo Purwowijoyo

Foto-foto oleh/photos by Rully Shabara dan Hilman Fathoni

Teks oleh/text by Hilman Fathoni


Sekitar pukul 3 sore, Sabtu, 18 Oktober 2014, saya dan Satya Prapanca berangkat bersama membawakan ampli-ampli yang akan dipakai pada Kombo sesi kedua menuju kediaman Jimmy Mahardhika. Begitu kami sampai, tampak Rully Shabara dan Jimmy sedang sibuk menata karpet berbahan dasar busa yang akan digunakan sebagai alas bagi tiap musisi yang akan berkolaborasi di halaman belakang rumah Jimmy. Setelah bertegur sapa dan mengobrol sejenak, kami berempat pun menuju rumah tetangga Jimmy untuk mengambil drum set yang dipersiapkan untuk digebuk-gebuk oleh Dimas Budi Satya, salah satu musisi yang akan bermain hari itu. Drum set itu terletak di sebuah gudang di belakang rumah tetangga Jimmy, tampak begitu tua dan berdebu, namun masih layak guna. Lalu kami melepas bagian-bagian dari drum set yang kami rasa perlukan, lalu mengangkatnya bersama dan menyusunnya kembali di halaman belakang tersebut. Manusia-manusianya bertambah lagi. Handoyo Purwowijoyo alias Bagong dan Sebastien Lemonon alias DJ Urine telah hadir dan tampak siap untuk mengikuti sesi kolaborasi. Juga ada Hendra Adityawan dan Sean Stellfox yang mengantar Sebastien ke sini, sekaligus untuk menonton sesi ini.

Saya kemudian mengambil kamera untuk dipakai mengabadikan kejadian-kejadian pada hari itu. Tampak asyik sendiri Sebastien menata DJ set yang biasa ia gunakan dalam tiap penampilannya dan memodifikasi perkusi jangkung milik Jimmy yang tampak masih bertengger di tempat yang sama sejak Kombo sesi pertama 23 September 2014 lalu.

Orang-orangnya sudah bertambah lagi, ada Anggito Rahman, Bhakti, dan Nadia, disusul Sony Irawan beserta istri dan anaknya, juga Dimas dan kekasihnya. Lengkap sudah para musisi yang menjadi penampil Kombo sesi kedua, yaitu Anggito Rahman, penyanyi sekaligus gitaris Anggisluka, Sebastien Lemonon sebagai DJ Urine, Bagong dari Seek Six Sick dan Pribumi, proyek terbarunya, serta Dimas Budi Satya, penabuh drum dari Zoo. Sesi pertama dimulai oleh Bagong, Anggito, dan Sebastien. Saya menyaksikan sambil menyantap nasi berlauk teluk dan tempe mendoan yang saya dapat dari Gisela Swaragita. Rasa lapar yang menyiksa membuat saya mendahulukan makan daripada mengabadikan sesi pertama itu, sungguh kacau.

Saya bergegas membasuh tangan saya yang berminyak, dan segera mengambil kamera untuk kembali memotret tiap momen dalam sesi kolaborasi tersebut. Ternyata sesi pertama sudah selesai, saya ketinggalan. Formasi dalam kolaborasi selanjutnya adalah tetap dengan Sebastien. Bagong dan Anggito keluar, digantikan oleh Dimas dan ilmu tabuh-menabuhnya. Seperti lupa dengan turntable-nya, Dj Urine malah tampak asyik menggesek-gesekkan piringan-piringan hitamnya pada perkusi jangkung yang diposisikan tidur tepat di sampingnya, dan tampak dengan serius Dimas memberi iringan pada gelombang tak tentu yang keluar dari gesek-gesekan Sebastien. Sesi ini tidak hanya ditonton oleh orang-orang dewasa saja tentunya, terlihat dengan amat tenang anak perempuan Sony dan kedua anak Jimmy mengamati dan meresapi bunyi-bunyi buah kolaborasi tersebut.

Kolaborasi terus berlanjut. Bagong yang tadinya melantunkan sajak-sajak puisinya dengan metode improvisasi, kini menggenggam dua lembar kertas yang isinya adalah puisi berjudul Anak Muda Indonesia dan Rumah Beratap Mendung. Kibasan-kibasan kata yang dilontarkan Bagong terasa semakin liar dipadu bunyi menyayat yang dibuat oleh DJ Urine. Rully dan Panca tampak sibuk mengamati tiap gerak-gerik para musisi. Mereka mengabadikan peristiwa-peristiwa itu menggunakan kamera DSLR secara bergantian. Juga saya lihat Ayu Arista Murti, istri Jimmy, yang juga dari tadi mengabadikan tiap ciptaan dengan hikmat.

Tiba pada bagian puncak dari permainan hari tersebut, keempat musisi yang tadinya bergantian melakukan kolaborasi, pada bagian akhir ini keempatnya disatukan untuk berkolaborasi bersama. Sesi penutup ini menyajikan penampilan yang begitu mengagetkan. Keliaran yang sedari tadi menyelimuti seperti hilang begitu saja. Anggito memainkan gitarnya dengan suatu harmoni yang amat pop, disambut oleh Dimas dengan kesesuaian irama dari ketukan lembut pada drum setnya. DJ Urine yang sudah lelah beraksi kemudian hanya memutar salah satu piringan hitamnya dengan bunyi yang samar di mana semua usul dalam bunyi itu disambut Bagong dengan lantunan bagian refrain lagu Badai Pasti Berlalu sambil terkadang diselingi kalimat “Rock is my life… Rock is my life…”. Spontan kami meletupkan gelak tawa yang mengandung kagum sebagai reaksi terhadap akhir dari sesi improvisasi Kombo kedua tersebut. Saya pun tak merasakan hal yang sama, kagum yang tersamar tawa, menjadi penghias simfoni yang dilahirkan oleh keempat musisi itu. Senyum, salam, sapa menutup sore cerah itu dengan warna yang tiada kan pernah terlupa.


Klik kanan pada gambar untuk memperbesar |



KLIK untuk melihat lebih banyak dokumentasi sesi 2 Kombo Lab.


Jika Anda memiliki dokumentasi sesi Kombo ini dalam bentuk apapun (foto, teks, video, dan/atau rekaman suara) silakan kontak kami di kombo.improvlab@gmail.com.

Leave a Comment