Susunan Acara

27 Januari 2023
Kelasa 03 – Playlist As Cultural Form
Bersama: Rifki AP
Tempat: Rumah KUNCI Study Forum & Collective
Jam: 13.00-15.00 WIB
Rifki Akbar Pratama akan mengajak partisipan untuk berbincang-bincang soal daftar putar (playlist) sebagai berkas rekam jejak kultural dan emosional. Ia mengajak serta beberapa kawan perawat selera (tastemaker) untuk bersama menyusun satu daftar putar kolektif yang bertolak pada pengandaian bahwa dunia yang tidak semuram ini itu mungkin. Sesi ini akan mengeksplorasi modus mendengarkan sebagai sarana bertukar kisah.

Sesi improvisasi 05
Tempat: Rumah KUNCI Study Forum & Collective
Jam: 15.00-17.00 WIB
Dikurasi oleh: Hilman Fathoni
Daftar penampil:
Merel van den Berg
Achmad Luthfi
Mahamboro
Kezia Rantung
Wahyu Thoyyib
Abizar Algifari
Jatikusumo Dewo


Profil Penampil

Rifki Akbar Pratama (Narasumber Kelasa)

Rifki Akbar Pratama adalah salah satu anggota geng peneliti transdisipliner KUNCI Study Forum & Collective yang berbasis di Yogyakarta. Ia menaruh perhatian lebih pada hal-hal terkait pengambilan keputusan, politik afeksi, juga persilangan antara psikologi dan sejarah. Selain di gig ataupun konser, ia aktif mengambil peran sebagai pendengar di berbagai lingkar support macam @id.overthinkers—bersama kawan-kawannya—maupun L’Union des Refusés—yang diinisiasi Arts of the Working Class.

| Akun Instagram |

Merel van den Berg

Merel van den Berg adalah penyanyi dan penulis lagu asal Belanda yang saat ini sedang mengerjakan album penghormatan untuk seorang sahabat yang telah meninggal dunia. Musiknya datang langsung dari hati, dan, merupakan ekspresi dari dunia batinnya. Singlenya, “Take me There”, adalah panggilannya untuk kembali ke Indonesia melanjutkan perjalanan musiknya.

| Akun Instagram |


Achmad Luthfi

Pemusik kambuhan yang pernah mencoba eksplorasi suara ambiens atas nama ölu körpé dengan berbekal gitar listrik. Saat ini, ia lebih menggemari gitar akustik.

| Akun Instagram | Bandcamp |


Mahamboro

Praktik artistik Mahamboro berfokus pada eksplorasi dan pengambilan sampel suara. Suara yang secara khusus menarik minatnya adalah suara yang ditemukan di area abu-abu, ‘di antara’ dunia sonik akustik dan sintetik. Gaya Maham dalam memproduksi musik atau seni suara didasarkan pada olahan suara dari suatu instrumen atau bahkan benda yang ditemukan. Objek yang mengelilingi kehidupan sehari-harinya adalah sumber besar sampel yang, ketika diproses, ia gunakan sebagai elemen elektronik kontemporer. Oleh karena itu, ia mengumpulkan suara-suara lingkungan sekitar yang bisa gunakan dalam mengarang, mementaskan, atau menciptakan seni suara. Mengambil inspirasi dari musik ambien gelap, musik industrial, dan EDM dalam berkarya, ia sering menggunakan bahan akustik yang diproses secara intensif untuk menciptakan bentangan suara yang tidak stabil dan halus.

Tema praktik artistik Maham adalah liminal, di antara keadaan, suasana hati yang belum terselesaikan atau kesan yang terkait dengan lingkungan pribadinya. Kesenjangan antara batin dan lahiriah yang berasal dari campuran emosi, imajinasi, dan ingatan. Di sini, latar belakang Maham memainkan peran penting. Misalnya, album terakhirnya yang berjudul ‘Infinit’ membahas tentang reinterpretasi cerita rakyat Indonesia: Roro Jonggrang yang berkorelasi dengan pendirian candi Prambanan di Yogyakarta. Kisah ini, bagi Maham, adalah cerminan dari norma dan tabu sosial yang mengakar dalam masyarakat Indonesia dan mempengaruhi dirinya secara pribadi. Jadi, album ini bertujuan untuk menawarkan dan menunjukkan kemungkinan dan perspektif yang tak terbatas tentang bagaimana cerita dapat diinterpretasikan.

| Akun Instagram | Situs Web |


Kezia Rantung

Kezia rantung alias Key Ran adalah perempuan kelahiran 12 Januari 1998 di Ratahan-Minahasa Tenggara (Manado) yang tengah menjadi mahasiswa semester akhir program magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Ia memulai karir musik dari solo, choir, grup vokal, hingga beatbox. Ketertarikannya membuat lirik lagu saat ini bermuara ke proses pembuatan album bersama Teman Tumbuh, dengan proyek duet berjudul “Bersulang.” Selain proyek duet, Kezia mempunyai lagu dari proyek solo trapnya yang berjudul “MatriarKey” (di bantu instrument trap dari Bonggi 21). Dalam Kombo Festival ini Kezia akan menampilkan instrumen musik mulut atau sering dikenal dengan beatbox, vokal dan alat musik kalimba.

| Akun Instagram |


Wahyu Thoyyib

Wahyu Thoyyib Pambayun adalah seorang pemusik, komponis dan pengajar gamelan di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Sebagai komponis, ia menyusun komposisi untuk keperluan konser, tari, teater dan film. Ia menyusun komposisi-komposisi baru dengan bekal pengetahuan dan praktik gamelan tradisi yang kuat. Ia melakukan riset mendalam tentang perluasan bahasa musikal gamelan Jawa.

| Akun Instagram |


Abizar Algifari

Abizar merupakan seorang komposer, penulis, dan pendidik yang berdomisili di kota Bandung. Ia belajar komposisi musik dari beberapa guru, di antaranya Iwan Gunawan, Dieter Mack, Pande Made Sukerta, dan Aloysius Suwardi. Karya musiknya lebih banyak berangkat dari idiom karawitan (musik) Sunda. Beberapa di antaranya yaitu Kakol (2016), Geh Opat (2016), Anggana (2017), Jalan Kecil (2018), Enak? (2018), Sapopoe (2019), dan Eternal (2020).

| Akun Instagram |


Jatikusumo Dewo

Dewo lahir di Bantul, 1 Januari 1994. Ia mengawali pembelajaran musiknya secara otodidak dan sebagai hobi. Dewo sempat berkuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan kini fokus berperan sebagai pembuat dan penjual suling bambu.

| Akun Instagram |


Penggalangan Dana

Sebagai upaya penghimpunan dana, di setiap helatan akan ada live sablon “Kombo Festival” oleh tutbek dengan desain terlampir di laman Kombo Festival.


Leave a Comment